Touring Toraja H2

Lanjutan dari Touring Toraja H1

Resort yang kami tempati memiliki harga yang terjangkau dan kebersihan yang oke banget. Dari resort kami, kami bisa menikmati pemandangan hamparan awan karena memang resort ini terletak di Negeri di atas awan.

Nama resort nya Lempe Resort harga kamarnya per malam hanya 300.000-600.000 saja.

Paginya, kami bangun sekitar jam setengah lima (sebelumnya sudah mandi dan bersiap-siap) di resort ini tidak ada fasilitas air panas, dan untuk traveler manja yang biasa menggunakan air panas, dijamin nggak akan kuat karena memang dinginnya super pakai banget (dibandingkan air yang biasa kutemui di daratan tinggi lain seperti Bengkeng, Bromo, Temanggung, dll.)


Alasan kami bangun pagi adalah untuk menunggu di spot tempat 'negeri di atas awan' ini. Dan memang benar, setelah langit sedikit terang, awan mulai terlihat dan saat itulah semua pengunjung ramai berfoto. Letak tempat ini hanya disebelah resort tempat kami menginap, kami hanya perlu menaiki anak tangga untuk menuju 'balkon' pandang untuk melihat pemandangan awan ini.


Eits, bukan berarti setiap kalian kemari bisa menikmati awan indah ini. Karena cuaca termasuk curah hujan akan mempengaruhi durasi lamanya awan ada.

Selesai dari negeri diatas awan, kami lanjut ke Londa, sebuah tempat wisata yang merupakan bukit batu berlubang yang diisi oleh mayat orang Toraja.

Ya, selain Toraja terkenal akan Kerbau dan rumah Tongkonan, cara Masyarakat Toraja mengubur mayat adalah dengan cara memasukkannya kedalam peti dan menyimpannya di dalam bukit batu.

Di bagian luar Londa, ada banyak tempat wisata yang kusarankan untuk menjelajahi Londa terlebih dahulu sebelum berbelanja. Nah, disini wajib pakai tour guide/pemandu untuk membantu menjelaskan sekaligus menuntun jalan.

Nah, di Londa aku mendapat banyak informasi baru dari pemandu soal makam batu.

1. Londa adalah kuburan untuk masyarakat Toraja yang digunakan sejak jaman nenek moyang dan masih digunakan sampai sekarang.

2. Bukit batu digunakan bedasarkan kasta. Di bagian paling bawah adalah untuk kasta rendah, bukit batu di tengah untuk masyarakat menengah, dan bagian atas untuk kasta bangsawan.

3. Sebelum peti mayat dimasukkan, akan ada ritual/upacara yang terlebih dahulu di lakukan. Peti dibagi menjadi tiga jenis, peti berbentuk babi untuk perempuan, kerbau untuk lelaki dan perahu untuk unisex.

4. Upacara itu mewajibkan pihak keluarga duka untuk menyediakan kerbau. Bagi masyarakat menengah dan masyarakat kasta bawah bisa hanya menyembeli 3, 5, 7 kerbau saja tapi untuk bangsawan, minimal adalah 25 ekor kerbau biasa dan 1 kerbau bule (kerbau dengan kulit belang, mata seperti orang bule dan rambut pirang.)

5. Ada upacara manenek yang diadakan beberapa tahun sekali, upacara yang bertujuan utama untuk mengganti peti yang sudah lama sekaligus pakaian para mayat.

6. Upacara ini tidak bisa dilakukan jika pihak keluarga tidak memiliki kerbau untuk disembelih.

7. Mayat bangsawan perlu dikerek/ditarik keatas untuk menaruhnya di bukit teratas (memiliki filosofi lebih dekat dengan langit.)

8. Ada cerita tentang Romeo Juliet versi Orang Toraja dan ini kisah nyata yang diberitahu oleh keluarga. Memiliki cerita yang sama persis dengan cerita tersebut dan berakhir bunuh diri.

9. Keluarga masih sering memberi sesajen untuk leluhur berupa rokok dan barang yang disukai oleh keluarganya yang meninggal tersebut.

10. Dulu sebelum dibereskan, bukit batu ini berisi tengkorak dan tulang yang berserakan. Tengkorak tanpa tulang dan identitas tersebut akan dipajang di dalam gua.


Nah, sebelum pergi dari Londa, kami belanja terlebih dahulu di toko oleh-oleh. Yang jelas, kalian wajib membeli kain tenun di sini karena selain harganya murah, kualitasnya pun tidak mengecewakan.

Selesai dari Londa, kami ke desa Palawa, Sesean untuk mengunjungi salah satu rumah Tongkonan tertua.



Di Toraja tidak terdapat banyak tempat wisata yang beragam. Paling banyak tentu saja rumah Tongkonan. Karena itu, foto yang kudapat selama berada di Toraja terkesan kurang beragam walaupun kami telah mengunjungi banyak tempat.

Desa ini, memiliki rumah Tongkonan dengan ukuran lebih besar dan ukuran sekaligus atap yang terkesan lebih tua. Apalagi, dilihat dari jumlah tanduk kerbau yang dipajang, bisa diperkirakan ada dua alasan, entah karena rumah ini milik seorang bangsawan yang menyembelih banyak kerbau saat anggota keluarganya meninggal atau karena sudah banyak anggota yang meninggal karena tuanya umur rumah ini.

Nah, ini akhir cerita perjalanan ku saat di Toraja. Dari sini, aku masih mengunjungi beberapa tempat lain namun bukan di area Toraja. Dari perjalanan ini, aku bisa lebih mengerti soal keragaman budaya Indonesia sekaligus memperluas pandanganku soal Indonesia.

So, apa Toraja sudah masuk ke list perjalanan kalian?


Share:

Posting Komentar

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes