101* Tentang Cerita Kami di Makkah

Hai-hai! Setelah sekian purnama, akhirnya aku publish tulisan lagi disini.😊 Kali ini, aku mau sedikit share pengalaman aja selama umrah, plus berbagi sedikit tips selama perjalanan. Oh ya, ini akan aku bagi jadi dua bagan, yaitu bagian awal saat kami berada di Makkah dan bagian kedua saat kami berada di Madinah. Selamat membaca 😉

.

Sebelum kami mulai, ada tips utama yang menjadi peraturan mendasar setiap kali kami sekeluarga pergi ke suatu tempat, yaitu;

“Posisikan diri kita sebagai seorang ‘musafir,’ bukan seorang ‘turis.’”

Musafir dan turis di kalimat di atas bukan dalam artian sebetulnya. Ini hanya sebuah metafora aja, karena seperti yang kita tahu, ‘musafir’ berarti orang yang berpergian atau sedang melakukan safar, yang seringkali melakukan perjalanan dalam keadaan penuh ‘kesederhanaan,’ sedangkan turis dapat di kaitkan dengan seseorang yang melakukan perjalanan yang memiliki fasilitas penuh dan pelayanan yang terbaik. Menjadi seorang ‘turis’ berarti tinggal terima bersih. Di antar dari kotak ke kotak-tempat ke tempat. Dalam tour seorang turis tidak boleh ada celah, eksplorasi dilakukan dengan arahan, tidak akan berani ambil risiko ‘tersesat di tengah jalan.’

Nah, jika mindset ‘menjadi seorang musafir’ sudah tertanam dalam benak kita, kita tidak akan lagi merasakan kesal atau ke-kecewaan terhadap hal apapun yang terjadi selama perjalanan. Entah kereta yang kita naiki telat dan baru bisa sampai di sore hari, atau bus yang kita naiki tiba-tiba saja mesin pendinginnya mati, atau mungkin hotel yang kita tempati menunya itu-itu saja setiap hari. Semua itu tidak akan menjadi sebuah beban, melainkan menjadi sebuah pengalaman yang terukir di memori, lalu nantinya menjadi sebuah cerita yang tertambat di kota yang saat itu sedang kita kunjungi.

😀Oke— sebetulnya baru di paragraph ini kami akan cerita tentang pengalaman kami. 😂

Jadi kami menggunakan sebuah jasa tour.. (Q: duh, padahal tadi berkoar’ soal jangan menjadi seorang turis! A: Beda dong, pakai jasa tour itu jelas sah’ aja, tapi secara jiwa dan batin harus tetap seorang musafir! 😂) Jasa tour ini masih tergolong muda usianya namun berhubung perusahaan yang menyokong dibelakangnya itu perusahaan besar berprofit tinggi yang insya Allah dapat dipercaya, akhirnya kami memilih ini dari sekian banyaknya jasa tour umrah lainnya (insya Allah akan aku tulis review khusus tentang travel tour ini.)

Kami memilih paket sembilan hari, dengan jadwal di hari pertama yang super padat. Pada jam sebelas malam kami berangkat dari bandara Soekarno-Hatta, lalu di pagi harinya kami menggunakan pakaian ihram di dalam pesawat (saat mendapat pemberitahuan titik miqat) sebelum akhirnya kami mendarat di Jeddah, tepatnya di King Abdul Azis International Airport atau KAIA. Selepas mendarat kami menunggu bagasi kami, (hanya menunggu sambil berfoto di sekitar bandara karena sudah terdapat fasilitas handling yang akan mengurus bagasi para jamaah.) sebelum akhirnya kami langsung menaiki bis menuju kota Makkah Al-Mukarram.



Beberapa tips di bandara: Selepas turun dari pesawat, jika ingin ke toilet, jangan menghabiskan waktu dengan mengambil toilet di lorong yang terdekat dengan gate. Pilihlah toilet di lorong lain setelah gate tempat kalian turun karena kami yakin toilet pasti akan super penuh setelah penumpang turun.

Lalu usahakan ke toilet terlebih dahulu sebelum masuk ke pusat imigrasi karena di sana antriannya seringkali lama. Belum lagi jika kalian berada di sisi bandara yang lain dimana perlu naik kereta cepat bandara untuk menuju kantor imigrasi, pasti akan menyusahkan jika ingin ke toilet di tengah-tengah perjalanan.

Reminder: Jangan keluarkan ponsel saat berada di pusat imigrasi. Di sini super ketat sekali, sekali melihat hp tertodong keluar, kita akan di datangi, di pangggil dengan suara keras pula dan galeri ponsel kita akan di cek jika kita memang mengambil gambar atau video, selanjutnya para petugas Imigrasi akan dengan sangat tegas menyuruh kita untuk menghapusnya secara permanen.

Tips lainnya di kantor imigrasi, pastikan tangan kalian bersih karena saat scan jari, banyak sekali yang kesulitan terdeteksi sidik jarinya. Di Saudi sini, tidak hanya scan satu jari melainkan semua jari kita dari empat jari kanan lalu empat jari kiri lalu kedua jempol bersamaan.


Seusai 45 menit perjalanan menuju kota Makkah, kami langsung menuju hotel tempat kami akan bermalam. Saat itu kami menginap di Pullman Zam-Zam yang letaknya memang di dalam bangunan Tower Zam-Zam, yang mana akses nya hanya perlu dengan berjalan sedikit dari pintu keluar maka kita akan sampai di Masjidil Haram.

Tips: kalau umrah pribadi.. ataupun ikut tour. Usahakan pilih hotel yang terdekat dengan Masjidil Haram (jika di Makkah) karena dengan padatnya jadwal dan setelah lamanya waktu perjalanan di pesawat, tenaga kita akan banyak terkuras maka dari itu dengan menginap di hotel yang aksesnya dekat, akan memaksimalkan kita untuk bisa ke Masjidil Haram minimal lima kali setiap harinya atau pastinya lebih.

Kami tidak kemudian beristirahat di kamar karena kamar memang belum siap. Kami hanya sempat menaruh barang di lobby, makan snack di restoran hotel lalu langsung turun ke bawah untuk melaksanakan umrah.

Beberapa catatan penting; semua laki-laki wajib berpakaian ihram saat masuk ke dalam Kawasan Masjidil Haram. Bawa kartu identitas karena terkadang seringkali ditanya oleh penjaga. Bawa tas kecil atau plastik untuk menyimpan sandal dan yang terakhir pastikan kita ingat nama pintu tempat kita masuk. Kalau kami, karena kami menginap di Tower Zam Zam yang pintu utamanya letaknya paling dekat dengan King Abdul Azis gate maka ketika masuk atau keluar pun kami pastikan selalu dari sana.

Kalau akses menuju Ka’bah ada dua, ada yang langsung turun menuju lantai terdasar, (namun selalu ditutup aksesnya setiap satu jam sebelum waktu shalat,) ada pula pintu yang hanya menjadi akses menuju Masjidil Haram jadi untuk menuju Ka’bah perlu mencari tangga untuk turun yang mana selalu ramai jadi perlu hati-hati.

Usai menjalankan umrah, kami kembali ke hotel untuk beristirahat.

Kami mendapatkan jatah lima hari di Makkah. Selama lima hari ini kami hanya mendapat satu atau dua tempat destinasi kunjungan saja setiap harinya dikarenakan sisa waktu di pagi, sore dan malam adalah free time untuk masing-masing beribadah.

Beberapa tempat yang kami kunjungi selama di Makkah ada Jabal Al-Rahmah, Jabal Al-Nour, Kawasan Ibadah Haji (meliputi Mina dan Muzdalifah,) dan yang terakhir adalah Museum Wahyu.

Museum Wahyu ini menjadi salah satu tempat yang sangaaaat kami rekomendasikan. Terutama untuk keluarga yang memiliki anak berusia remaja tanggung seperti saya 😂. Karena memang dari segi narasi dan penjelasan sepertinya akan lebih mudah dipahami untuk anak dua belas tahun ke atas.

Oh ya, Museum Wahyu ini letaknya persis di kaki Jabal Hira. Saat ini pun sudah mulai dilakukan pembangunan akses jalur mobil dari Museum Wahyu menuju bagian atas Jabal Hira.

Sekadar catatan, Museum Wahyu ini saat kami berkunjung kemari belum dibuka secara resmi maka dari itu kami di awasi ketat agar tidak mengambil foto dan video di sudut manapun. 

Eh apa sih isinya Museum Wahyu ini? Kok kami rekomendasikan banget dan harus menjadi salah satu wishlist saat ke Makkah?

Nah, di Museum Wahyu atau yang disebut juga namanya Revelation Exhibition ini berisi sejarah para Nabi— terkhususnya pada Rasulullah  mendapatkan wahyu di Gua Hira. Exhibition ini di mulai dari sebuah lorong panjang dengan layar lebar berisi film kartun semi realistik dengan audio berkualitas tinggi yang menceritakan dari awal bumi di ciptakan, lalu kisah singkat tentang perjalanan para Nabi dari Nabi Adam hingga akhirnya kisah tersebut mengerucut pada kisah Rasulullah , bagaimana ketika beliau mendapatkan wahyu pertama kali di Gua Hira dan kisah pun berlajut pada kisah Siti Khadijah yang selalu mendukung Rasulullah ﷺ di setiap langkah yang beliau tempuh.

Apa yang membuat museum ini menarik tidak hanya dari segi audio-visual yang top, namun museum ini juga dilengkapi layar 360, juga dengan ilustrasi hologram Jabal Nur. Ada pula replika real-life size gua hira yang sangat menyerupai aslinya. Kita bahkan dapat masuk dan melihat secara langsung bentuk Gua Hira jika sekiranya tidak kuat untuk mendakinya.

.

Jadi… untuk saat ini, cukup disini saja sharing pengalamanku selama di Makkah. Catatan tambahan, jangan fokus membeli hadiah ataupun oleh-oleh. Kalau jadwalnya itu ke Makkah terlebih dahulu baru Madinah, itu lebih kami rekomendasikan karena nantinya tidak perlu terpikir untuk membeli barang-barang di Makkah, fokus saja dan nikmati, baru bisalah sedikit berbelanja di Madinah sebelum waktu perpulangan.

Mungkin itu saja dulu. 😊 Tunggu postinganku selanjutnya tentang Madinah, ya! Insya Allah akan lebih panjang dibandingkan yang ini. 😊

Share:

3 komentar :

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes