Touring ke Tana Toraja H1

Toraja selalu menjadi salah satu destinasi unik di Indonesia, dari kebudayaan dan rumah adat, Tana Toraja selalu bisa membuat turis tertarik untuk berkunjung apalagi saat tradisi Manenek berlangsung.

Perjalanan keluargaku saat ke Toraja kemarin cukup melelahkan. Perjalanan dimulai dari Palopo, namun berhubung jembatan penghubungnya patah, perjalanan yang hanya memerlukan waktu satu setengah jam menjadi empat jam karena kami harus memutar terlebih dahulu.

Selama perjalanan, mobil yang kita naiki sama sekali tidak bisa berhenti bergoyang. Karena jalan yang kita lalui itu jalan terparah yang pernah kita lakukan sepanjang touring dengan mobil. Tidak hanya tanjakan tajam dan turunan curam, tapi juga jalanan berbatu tanpa aspal yang licin berlumpur pula. Kalau kami menggunakan mobil selain panther, jatuhnya akan sulit.

Setelah ber jam jam melakukan perjalanan, kami sampai di tempat wisata pertama, sebuah kampung di Rantepao dengan beberapa rumah adat Toraja yang disebut Tongkonan. Tempat ini tidak hanya berisi tongkonan saja, tapi juga ada kuburan batu berisi jenazah yang sudah di masukkan kedalam peti. 

Di sini, juga terdapat cafe yang menjual kopi khas Toraja dan juga banyak toko oleh-oleh yang berjejer.

Kami menepi di sebuah toko oleh-oleh karena hujan. Di sini, kami membeli cukup banyak barang. Saat di Jawa, orangtuaku dan aku tidak pernah membeli baju atau oleh-oleh sejenisnya. Tapi berhubung ini perjalanan jauh, jadi kami membeli berbagai macam barang unik seperti kain tenun, miniatur rumah, hiasan dinding, sampai baju tenun tangan asli Toraja.


Sebelum melanjutkan perjalanan lebih jauh, aku sempat meng-interview sedikit tentang rumah adat di tempat wisata ini sekaligus tentang kehidupan warga di Tanah Toraja.

Ini beberapa poin dari wawancara yang aku lakukan.

1. Di Toraja masih terdapat kasta, mulai dari bangsawan hingga kasta rendah (dibawah pedagang dan orang biasa) layaknya kasta di India.

2. Di beberapa tempat tertentu, orang dengan perbedaan kasta tinggal terpisah.


3. Hanya Kasta bangsawan yang menggunakan baju berwarna putih/kain sarung putih. 

4. Ada beberapa orang yang tidak bisa makan daging kerbau dan hanya bisa makan daging babi.

5. Hanya ada kerbau dan babi di Toraja, sapi dan kambing tidak ada.

6. Rumah tongkonan di sini usianya sudah ratusan tahun. 

7. Setiap satu tahun sekali, atap bambu diganti dengan bambu baru dan diadakan upacara adat.

8. Museum di sini dulunya di buka, tapi sejak ada seorang turis yang mencuri sebuah kain akhirnya ditutup sementara.

9. Kain yang dicuri berusia ratusan tahun, barang yang terdapat di sini rata-rata sudah ada 'penunggu' jadi usahakan jangan sentuh atau bawa apapun.

10. Turis yang mencuri kain mendapatkan karma akhirnya kain itu dikirim dari negaranya untuk di kembalikan.

11. Semua orang bisa membuat tongkonan tapi orang dibawah kasta orang biasa tidak boleh mengukir rumahnya.

12. Rumah tongkonan tidak boleh ada toilet karena ini rumah adat dan sudah ada peraturannya.

13. Tanduk kerbau yang ada di depan rumah tongkonan adalah tanduk dari kerbau yang disembelih saat ada anggota keluarga yang meninggal.

14. Minimal kerbau yang disembelih untuk orang biasa 5 kerbau, tapi orang kaya bisa hingga ratusan kerbau.

15. Selain tongkonan, terdapat lumbung yang mirip dengan tongkonan tapi memiliki ukuran lebih kecil untuk menyimpan padi, sayuran dan hasil tani lainnya.

Setelah dari sini, aku menginap dulu di resort, menikmati negeri diatas awan sebelum beristirahat untuk menikmati perjalanan berikutnya.

Berlanjut pada review resort+negeri di atas awan dan Toraja di Hari ke dua.

Share:

Posting Komentar

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes