Kota Impian

Kota Impian




Kegiatan hari ini padat sekali. Pagi sapai siang aku disibukkan membuat video Oasemenit dan mengerjakan PR tempat kursus. Setelah bangun tidur siang jam satu siang lalu langsung bersiap-siap ikut tempat kursus. Setelah tempat kursus, langsung Taekwondo yang jaraknya dari ujung ke ujung. 

Latihan Taekwondo kali ini tidak terlalu melelahkan karena tidak ada aksi-reaksi atau fight. Tetapi, walaupun begitu, kegiatan sore-malam padat sekali. Aku mendapat tugas dari Sang Guru untuk membuat postingan Bog tentang kota impian. Ini tugas kedua ku setelah tugas pertama yang sudah aku posting sebelum ini. Ada yang masih ingat?

Langsung saja, ya. Sebenarnya, kota yang ingin aku kunjungi itu banyak, ada London, Kairo karena kota itu penuh misteri, Venesia akan keindahan sungai, kapal, dan sunsetnya, Qatar, Paris, Tokyo, hampir semua kota di dunia ini aku ingin kunjungi. Kalau disuruh pilih salah satu, coba dilihat oto diatas,  beberapa dari kalian kalau lihat foto yang diatas pasti tahu itu kota apa di negara apa. Ikonik sekali dengan Big Ben, sungai Thames, Westminster Bridge, dan Parliament House. Lampu mobil, bangunan dan lampu jalan membuat pemandangan di kota London semakin memukau.

Selain keindahan pemandangannya saat malam, penataan gedung, sisi seninya, dan saat sunset, alasan utama aku memilih London menjadi kota impian yang ingin dikunjungi nomor satu karena, hampir semua buku favoritku settingnya di London. 

Buku apa saja? Rata-rata buku yang tokohnya seorang penyihir. Serial Theodosia, yag dikarang oleh R.LaFevers. Serial Harry Potter yang dikarang oleh Joanne Kathleen Rowling, dan Serial Bartimaeus yang dikarang oleh Jonathan Stroud. 

Semua tokoh utama dari beberapa buku favoritku diatas itu seorang penyihir yang tinggal di London. Aku ceritakan sedikit tentang tokohnya, Theodosia, seorang penyihir perempuan memiliki nama lengkap Theodosia Elizabeth Trockmorton, berumur 11 tahun. Ayahnya seorang ketua di Museum di London, ibunya seorang arkeolog yang sering bolak-balik Kairo-London. Karena Ayah Theodosia sangat sibuk, ia jadi lupa menyekolahkan anaknya dan Theodosia malah senang. 

Theodosia lebih sering tinggal di Museum, setiap hari kegiatannya menngusir kutukan dari benda purbakala kuno yang dibawa oleh Ibunya dengan cara, memberi jimat, mantra, kapur, cermin, perangkap setan, melakukan ritual seperti menyinari mumi dengan sinar bulan, melapisi dengan lilin. Theodosia lebih sering melakukannya tanpa tongkat. Theodosia merahasiakan kemampuan itu dari keluarganya, termasuk Nenek Trockmorton, Nenek dari pihak Ayah yang suka sekali mendenguskan hidung, mengangkat dagu, dan menyilangkan tangan dan berkata, “HMPH!” Tunggu-tunggu, ini jadi melebar kemama-mana. Maklumlah, aku suka sekali menceritakan buku yang sudah aku baca. Untuk Theodosia aku stop dulu, kalau sempat aku tulis book reviewnya di postingan selanjutnya.

Lanjut ke Harry Potter, novel ini sudah sanat terkenal jadi sepertinya aku tidak perlu menceritakan tokohnya. Harry berbanding terbalik dengan Theodosia, Harry seorang penyihir menggunakan tongkat, sekolah di sekolah sihir Hogwarts. Theodosia, penyihir yang menggunakan benda anti-setan untuk mengusir setan, merapalkan mantra tanpa tongkat, kalau tidur si Eksophagus atau peti mati. 

Kalau Nathaniel, dalam buku Bartimaeus yang namanya sudah diubah oleh ayah angkatnya, Arthur Underwood menjadi John Mandrake (adi buku ini, penyihir yang sudah berumur 12 tahun mendapat nama baru.) seorang penyihir laki-laki, kulit putih pucat, muka tirus, menggunakan lingkaran pentacle dan mantra untuk memanggil sesosok Jin seperti Bartimaeus untuk melayani, menyerang seseorang, dan lainnya. Tinggal di London, dari kaca loteng rumah Ayah angkatnya, Nathaniel dapat melihat gedung parliament. Ketiga penyihir ini, Theodosia, Harry, dan Nathaniel sangat berbanding terbalik ceritanya, tetapi tetap keren.

Bisa dibayangkan, kan betapa bagusnya buku-buku itu sampai membuatku ingn ke London? Walaupun pasti aku tidak mungkin bisa bertemu mereka jika aku kesana, tetapi, mereka bertiga termasuk dalam daftar tokoh favoritku. Jadi, alasan utama London menjadi kota impian yang membuatku ingin ke sana ya karena mereka. Mereka sudah aku anggap menjadi sahabatku, partnerku, walaupun aku tahu selamanya mereka tidak akan pernah mengenalku. :P

Sudah dulu, ya. Ini sudah terlalu panjang, maklumi untuk sekali lagi, kalau sudah menyangkut masalah buku, mulutku... masksudku aku tidak bisa berhenti mengetik. Kalau ada waktu, aku tulis review bukunya. Sampai bertemu di postingan selanjutnya!

Kredit Foto : 
Kota Impian
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:London_Thames_Sunset_panorama_-_Feb_2008.jpg
https://www.flickr.com/photos/mauricedb/2706292588
https://www.flickr.com/photos/robertsharp59/2922607294
Share:

Posting Komentar

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes